KISAH PERANG BADAR PADA ZAMAN NABI MUHAMMAD SAW
Sumber: Gambar: www.republika.co.id |
Perang
Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 H dan bertempat di
perigi bernama Badar yang ada di antara Mekah dan Madinah. Ketika
kafilah perdagangan kafir Quraisy yang di pimpin oleh Abu Sufyan bin
Harb melintasi ujung batas negeri Madinah, Rasululloh saw. menyuruh
mencegatnya Karena harta yang di bawa oleh mereka sebagian besar harta
rampasan dari kaum muslimin ketika mereka akan berhijrah ke Madinah.
Pasukan
umat Islam berjumlah 313 orang yang terdiri dari 210 orang muslim
Anshar dan selebihnya dari kaum Muslim Muhajirin. Bendera perang di
serahkan kepada Mush’ab bin Umair, seorang pemuda yang baru saja masuk
Islam, tapi keimanannya sudah sangat kuat, sehingga Rasululloh
memberinya kepercayaan untuk memegang bendera perang. Mendengar
Rasululloh telah menyiagakan pasukan, Abu Sufyan segera mengutus Kurir
ke Mekah untuk memberi tahu Abu Jahal dan para pembesar Quraisy lainnya.
Maka Abu Jahal menghimpun pasukan dengan kekuatan 1000 orang untuk
melindungi kafilah perdagangan mereka dari serbuan pasukan Islam.
Rasululloh
membentuk regu pengintai untuk meyelidiki jalur yang ditempuh kafilah
dagang Quraisy. Pasukan kafir Quraisy yang mengawal kafilah mereka telah
menuju desa Badar. Hal itu segera di laporkan kepada Rasululloh. Maka
Rasululloh segera mengadakan musyawarah dengan para sahabat dan di
sepakati bahwa pasukan muslim harus segra di berangkatkan menuju desa
Badar untuk menyongsong kedatangan pasukan kafir Quraisy.
Pasukan
Islam berkemah dekat sumber air di desa Badar, sehingga dapat dengan
mudah mengahadang pasukan kafir Quraisy dan mencegah mereka untuk
menambil perbekalan air bagi pasukannya. Tidak lama kemudian pasukan
kafir Quraisy tiba di tempat yang sama dengan segala perlengkapannya.
Maka perang pun tak dapat di hindari.
Sebelum
perang missal terjadi, terlebih dahulu pasukan Quraisy menantang perang
tanding satu lawa satu. Dengan semangat jihad yang tinggi, pasukan
Islam segera meminta izin kepada Rasulullah untuk menerima tantangan
pasukan kafir. Rasul mengizinkan dan mengutus tiga orang perwiranya yang
gagah perkasa, pemberani, dan angat kuat imannya, yaitu Hamzah bin
Abdul Muthalib, Ali bin Abi Thalib, dan Ubaid bin Haritsah. Sedangkan
dari pihak kafir Quraisy mengutus perwiranya, yaitu Utba bin Rabia,
Syaiba, saudaranya Utba, dan Walid bin Utba (anaknya).
Perang
tanding pun dimulai. Hanya dalam hitungan detik, Hamzah bin Abdul
Muthalib dapat menebas leher Syaiba hingga tewas. Begitu juga Ali bin
Abi Thalib dapat membunuh Walid bin Utbah dengan sekejap. Ubaidillah bin
Haritsah nampak saling melukai dengan Utba. Ketika Ubaidillah terdesak,
Hamzah bin Abdul Muthalib segera membatu Ubaidillah menebaskan
pedangnya ke leher Utba hingga tewas.
Menyaksikan
perwiranya terbunuh, Abu Sufyan segera menyerukan komandonya untuk
menyerang kaum muslimin. Sedangkan di pihak muslim, Rasululloh masih
tampak khawatir melihat pasukan musuh yang begitu besar jumlahnya. Namun
Allah SWT tidak akan membiarkan utusannya dalam kecemasan, maka
segeralah turun wahyu untuk meyakinkan hati Nabi Muhammad.
“Wahai
Nabi (Muhammad) Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika
ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat
mengalahkan du ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang
sabar) diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang
kafir, karena orng-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti.”
(QS. Al-Anfal: 65)
Setelah mendapat wahyu tersebut, Nabi Muhammad segara mengobarkan
semangat jihad kepada pasukan Islam yang telah siaga menunggu perintah
dari beliau. Tidak ada sedikit pun perasaan takut dan bimbang dalam hati
pasukan muslim, sebaliknya jiwa mereka dipenuh dengan semangat jihad
membela agama Allah dan Rasul-Nya.
Mendengar komando Rasululloh saw. pasukan Islam segera berhamburan ke
medan perang dengan gagah perkasa. Puluhan musuh terbunuh oleh sabetan
pedang Hamzah bin Abdul Muthalib, puluhan lainnya tewas di tangan Ali
bin Abi Thalib. Sa’ad bin Abi Waqas sahabat senior, ahli pembidik panah
mendengar seruan Nabi: “Bidikkan anak panahmu hai Sa’ad. Ibu bapakku
menjadi jaminan bagimu.” Sa’ad teringan do’a Nabi kepadanya pada saat
baru masuk Islam: “Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya dan kabulkan
do’anya”. Maka menggeloralah semangat juang Sa’ad seketika, hampir tidak
ada anak panah yang di lepasanya tanpa menewaskan musuh yang menjadi
sasarannya.
Nabi sendiri tidak hanya mengomando. Beliau juga menyongsong musuh
sambil menaburkan debu ke arah musuh seraya berkata: “Hitamlah
wajahmu!” Pasukan Islam terus berjuang dengan penuh semangat untuk
membela dan mempertahankan agama Islam. Rasululloh saw. juga terus
menyemangati pasukannya dengan berulang-ulang membacakan ayat Al-Qur’an
berikut.
“Kelak
akan Aku berikan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka
pukullah di atas leher mereka dan pukullah tiap-tiap ujung jari mereka”
(QS. Al-Anfal: 12)
Pasukan
kafir menderita kekalahan yang cukup parah dan jumlah korbannya yang
terbunuh cukup banyak termasuk Abu Jahal. Dari pihak muslim, 15 orang
gugur sebagai syahid dan beberaoa orang luka.
0 komentar:
Posting Komentar